METODE DAN EFISIENSI BELAJAR
Disusun oleh :
Abdul Muis
(11470019)
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
KEPENDIDIKAN ISLAM
2012
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
KEPENDIDIKAN ISLAM
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi pendidikan adalah studi yang
sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung
melalui tindakan-tindakan belajar (Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas
terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan
tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli
psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi
pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan
memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.
B. Pengertian
Efisien, menurut Freemont E. Kast, adalah
optimasi sumber daya yaitu yang termudah cara mengerjakannya, termurah
biayanya, tersingkat waktunya, teringan bebannya, dan terpendek jaraknya. Bila
dalam suatu usaha mencapai tujuan tertentu dianggarkan 100 juta, tetapi dengan
metode baru dapat dikerjakan dengan 80 juta, maka terdapat efisiensi sebesar 20
juta.[1] Dari sini dapat dipahami bahwa efisiensi adalah sebuah konsep yang
mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dengan hasilnya.[2] Efisiensi berarti pula melakukan segala sesuatu secara benar, tepat,
akurat dan mampu membandingkan antara besaran input dan output.[3]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Belajar
Metode belajar dibagi menjadi dua
yaitu ; metode kuantitatif dan kualitatif.[4]
Dengan demikian, seseorang peneliti yang mengidentifikasi dirinya sebagai peneliti kuantitatif atau kualitatif adalah salah kaprah. Metode penelitian hanyalah sebuah alat, dan alat tersebut harus dipilih sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang jelas. Secara garis besar, pengelompokan metode penelitian dibedakan menurut kategori tipe metode penelitian, yang disebut taksonomi, menjadi enam kategori.
Dengan demikian, seseorang peneliti yang mengidentifikasi dirinya sebagai peneliti kuantitatif atau kualitatif adalah salah kaprah. Metode penelitian hanyalah sebuah alat, dan alat tersebut harus dipilih sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang jelas. Secara garis besar, pengelompokan metode penelitian dibedakan menurut kategori tipe metode penelitian, yang disebut taksonomi, menjadi enam kategori.
Keenam kategori tersebut sebagai berikut :
a). Kuantitatif Eksperimen,
kuasi eksperimen, korelasional, dan metode-metode lain yang mencakup
pengumpulan data kuantitatif dan cara analisisnya menggunakan statistik:
analisis varian, uji t, regresi, dan sebagainya. Misal, uji t untuk menguji
apakah hasil belajar siswa artikel ini disalin dari yang dibelajarkan melalui
multimedia berbeda dengan yang belajar melalui buku teks.
b). Kualitatif Observasi,
studi kasus, wawancara, dan metode-metode lain yang melibatkan pengumpulan data
secara kualitatif dan cara analisisnya menggunakan eksplanasi data. Misalnya,
untuk mengetahui secara mendalam apakah siswa yang belajar melalui web
benar-benar memperoleh manfaat yang besar.
c). Teori kritik Dekonstruksi
atau uraian dengan teks atau teknologi dan system yang menyajikannya melalui
penelusuran oposisi berpasangan, agenda tersembunyi. Misalnya, analisis kritis
tentang.
d). Historis Rekonstruksi
objektif dan akurat masa lalu, sering berkaitan dengan dipertahankannya suatu
hipotesis. Misalnya, bahwa pengalaman belajar masa lalu memberikan kontribusi
bagi pembentukan kepribadian anak.
e). Kajian literatur Berbagai bentuk
atau format sintesis penelitian yang mencakup analisis dan integrasi bentuk
penelitian lain, misalnya menghitung frekuensi dan meta-analisis.
f). Metode gabungan Pendekatan-pendekatan
penelitian yang menggabungkan metode-metode yang biasanya kuantitatif dan
kualitatif. Untuk melakukan triangulasi temuan-temuan. Misalnya, rancangan
prates, pasca tes diintegrasikan dengan hasil observasi.
B. Efisiensi Belajar
Dalam konteks belajar, efisiensi mempunyai arti, meningkatkan kualitas
belajar dan penguasaan materi belajar, mempersingkat waktu belajar, meningkatkan
kemampuan guru, mengurangi biaya tanpa mengurangi kualitas belajar mengajar. Bagi suatu
lembaga pendidikan, pengertian efisiensi
tersebut tampaknya mengarah padaefisiensi yang memberikan arti peningkatan
kemampuan guru dalam proses belajar-mengajar. Hal ini karena dalam proses
belajar mengajar yang mementingkan hubungan peserta didik dan guru, guru
menjadi pihak yang aktif.[5]
1. Efisiensi Usaha
Belajar
Suatu kegiatan belajar
dapat dikatakan efisien kalau prestasi yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha
seminimal mungkin. Usaha dalam hal ini adalah segala sesuatu yang digunakan
untuk mendapat hasil belajar yang memuaskan, seperti: tenaga dan pikiran,
waktu, peralatan belajar, dan hal-hal lain yang relevan dengan
kegiatan belajar.
2. Efisiensi Hasil Belajar
Sebuah kegiatan belajar dapat pula dikatakan
efisien apabila dengan usaha belajar tertentu memberikan prestasi belajar
tinggi.
Pertanyaannya sekarang adalah faktor apa yang
dapat menunjang efisiensi belajar? Mengenai faktor penunjang efisiensi belajar
ini, paling tidak terdapat tiga faktor yang dapat menjadi penunjang efisiensi
dalam proses pembelajaran, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan materi
pelajaran serta pendekatan belajar.
1. Faktor internal (faktor
dari dalam) yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani
peserta didik, faktor-faktro
internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
a. Faktor fisiologis yakni yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Faktor fisiologis yakni yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a). Keadaan tonus jasmani,
yakni keadaan sakit tidaknya kondisi fisik.
b). Keadaan fungsi jasmani. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama fungsi pancaindra, seperti:pendengaran, penglihatan dan sebagainya.
b). Keadaan fungsi jasmani. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama fungsi pancaindra, seperti:pendengaran, penglihatan dan sebagainya.
b. Faktor psikologis yakni yang
berkaitan dengan keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses
belajar. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan
peserta didik, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
2. Faktor eksternal (faktor
dari luar peserta didik) yakni kondisi lingkungan di sekitar peserta didik yang
setiap hari melaksanakan aktifitas sehari-hari yang berperan penting dalam
pembentukan karakter psikologi anak tersebut.
Selain karakteristik peserta didik atau
faktor-faktor internal, proses belajar juga dapat dipengaruhi oleh faktor
eksternal, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial.[7]
a) Lingkungan
Sosial, meliputi:
1) Lingkungan
sosial sekolah; seperti guru, administrasi, teman-teman sekelas. Hubungan
harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi peserta didik untuk
belajar lebih baik di sekolah.
2) Lingkungan
sosial masyarakat. Lingkungan yang kumuh, banyak pengangguran, dan anak
telantar tentunya sedikit banyak akan berpengaruh pada aktivitas belajar
peserta didik.
3) Lingkungan
sosial keluarga. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, serta pengelolaan
keluarga akan dapat memberi dampak pada aktivitas peserta didik.
b) Lingkungan
non-sosial masyarakat, meliputi:
1) Lingkungan
alamiah. Kondisi udara segar, tidak panas, dan suasana yang sejuk dan tenang
tentunya akan berpengaruh pada aktivitas belajar peserta didik.
2) Faktor
instrumental, yaitu perangkat belajar. Termasuk dalam kategori ini adalah
gedung sekolah, fasilitas belajar, kurikulum sekolah, peraturan sekolah, buku
panduan, silabi dan lain sebagainya.
3) Faktor
materi pelajaran (yang diajarkan ke peserta didik). Faktor ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan peserta didik, begitu juga dengan metode
mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan peserta didik. Karena
itu, agar terjadi efisiensi dalam proses belajar, maka guru harus menguasai
materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai
dengan kondisi peserta didik.
C. Implikasi dalam perspektif islam
Dasar pendidikan islam adalah al-Qur’an dan al-sunah, pendidikan yang
dibawakan oleh al-Qur’an termsuk didalamnya terkait dengan masal-masal yaitu
merupakan sistem pendidikan yang unik di antara berbagai sistem yang ada
didunia pendidikan dan pengajaran.[8] Ia
merupakan sistem tersendiri baik tentang upaya penyandaran terhadap
“detik-detik jantung”, “goresan-goresan hati”, karsa dan rasa manusia, karena
datangnya dari sang khalik, pencipta alam semesta. Karena itu pula
pengaruhnya akan dpat memberikan dampak dan pengaruh tersendiri didalam jiwa
dan kehidupan nyata.[9]
Firman allah swt
ŁŲŖŁŁ Ų§ŁŲ§Ł
Ų«Ł ŁŲ¶Ų±ŲØŁŲ§ ŁŁŁŲ§Ų³ ŁŁ
Ų§ ŁŲ¹ŁŁŁŲ§ Ų§ŁŲ§ Ų§ŁŲ¹ŁŁ
ŁŁ [10]
Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia, dan tidak ada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu pengetahua.
Allah juga berfirman
ŁŁŁŲÆ Ų¶Ų±ŲØŁŲ§ ŁŁŁŲ§Ų³ ŁŁ ŁŲÆŲ§ Ų§ŁŁŲ±Ų”Ų§Ł Ł
Ł ŁŁ Ł
Ų«Ł ŁŲ¹ŁŁŁ
ŁŲŖŲÆ ŁŲ±ŁŁ[11]
Sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al Quran ini setiap
macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.
Dari ayat diatas dapat kita amati bahwa
pendidikan sebenarnya semua sudah ada didalam islam dan sumber yang paling baik adalah islam, bahkan sumber hokum
yang paling baik adalah al-Qur’an yang telah diwahyukan oleh allag kepada nabi
Muhammad saw. Yang sampai sekarang bias membuat hati manusia tentram apabila
mempelajari al-Qur’an.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara ingkat dapat disimpilkan bahwa cara belajar dengan menggunakan
metode itu sangat diperlikan karena dengan adanya kita belajar menggunakan
metode kita dapat menggunakan waktu dengan seefisien mungkin dan dalam proses
belajar seorang guru akan menjumpai peserta didik yang cepat, cukup dan lamban
dalam menangkap materi pembelajaran. Untuk itu gueru harus memperhatikan
kemampuan peserta didiksecara individual agar dapat membantu peserta didik
secara optimal sesuai potensi yang di,miliki oleh peserta didik.
Guru juga harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar, karena kesulitan belajar akan bersumber pada faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar, setelah memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar, diharapkan guru mampu membantu mengatasi kesulitan
belajar yang dialami oleh peserta didik dengan program pengajaran remidial dan
program pengayaan bagi peserta didik yang tidak mengalami kesulitan belajar.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat terutama bagi diri kami, keluarga kami,
dan saudara sekalian yang membaca pada makalah ini jikala masih ada kekurangan
dalam pembuatan makalah ini karena kami hanyalah manusia biasa yang tak akan pernah luput dari
dosa, keritik dan saran sangat dari saudara sangat kami harapkan guna untuk
memperbaiki makalah yang akan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal efisiensi belajar, post teged jurnal
pendidikan tentang, “pengaruh efisiensi belajar teerhadap prestasi belajar
siswa.”
Sugiyono,
“Perspektif Manajemen Pendidikan”, (Yogyakarta:
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, 2006) hal 56
Syah,
Muhibbin, “Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru”, (Jakarta: Remaja
Rosda Karya, 1999) hal 89
Baharudin dan Wahyuni, Esa Nur, “Teori Belajar
dan Pembelajaran”,( Yogyakarta:
Ar-Ruz Media, 2007)
Muhibbin Syah, “Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru,” (Jakarta: Remaja
Rosda Karya, Vol IV, 1999), hlm. 125
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, “Teori Belajar
dan Pembelajaran,” (Yogyakarta:
Ar-Ruz Media, 2007) hlm.
19-25
Jusuf Amir
Feisal, “Reorientasi Pendidikan Islam,” (Jakarta: Gema Isani Press,
1975), hal 118.
Muhammad Qutb,
“al-manhaj al-Tarbiyyah al-Islamiyah,” (Kairo: Dar al-Syuruq), j. I, hal
14.
Q.S al-Ankabut
(29) ; 23
Q.S al-Zumar (39) ; 27
[1] Sugiyono, “Perspektif
Manajemen Pendidikan”, (Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, 2006) hal 56
[2] Syah Muhibbin, “Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru”, (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 1999) hal 89
[3]
Baharudin dan Wahyuni, Esa Nur, “Teori Belajar dan Pembelajaran”,(Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2007) hal 76
[4]
Jurnal efisiensi belajar, post teged jurnal pendidikan
tentang, “pengaruh efisiensi belajar teerhadap prestasi belajar siswa.”
[5]
http ; // blog.tp.ac.id/ ”jurnal pendidikan
pengaruh efisiensi pembeljaran terhadap perstasi belajar siawa”
[6] Muhibbin Syah, “Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,” ( Jakarta: Remaja Rosda Karya, Vol IV, 1999), hlm. 125
[7]
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, “Teori Belajar dan Pembelajaran,” (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2007) hlm. 19-25
[8] Jusuf Amir Feisal, “Reorientasi
Pendidikan Islam,” (Jakarta: Gema Isani Press, 1975), hal 118.
[9] Muhammad Qutb, “al-manhaj al-Tarbiyyah al-Islamiyah,”
(Kairo: Dar al-Syuruq), j. I, hal 14.
[10] Q.S al-Ankabut (29) ; 23
[11]
Q.S al-Zumar (39) ; 27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar