Minggu, 14 Oktober 2012

bahasa dan komunikasi

BAHASA DAN KOMUNIKASI
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Individu
Mata Kuliah: Pengantar Ilmu Psikologi
Dosen Pengampu: Dra. Hj. Wiji Hidayati, M.Ag



 Disusun oleh:
Abdul Muis
 (11470019
)


PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA, YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Bahasa mempunyai kaitan yang erat dalam proses komunikasi. Tidak ada satu peristiwa komunikasipun yang tidak melibatkan bahasa. Komunikasi pada hahekatnya adalah proses penyampaian pesan dari pengirim kepada  penerima. Hubungan komunikasi antara pengirim dan penerima, dibangun berdasarkan penyusunan kode atau simbol bahasa oleh pengirim (chiffrement) dan pembongkaran kode atau simbol bahasa oleh penerima (dechiffrement) (Rusdiarti, 2003: 35).
Mengingat kenyataan bahwa dalam berkomunikasi kita dihadapkan oleh varian penerima yang sangat beragam, maka keberhasilan komunikasi akan sangat ditentukan oleh bagaimana cara kita menyampaikan pesan. Tidak jarang dalam kenyataan sehari-hari kita dapati bahwa komunikasi yang kita lakukan tidak berhasil akibat ketidaktepatan cara berkomunikasi yang kita lakukan. Wardhaugh dalam bukunya An Introduction to Sociolinguistics (1986) menjelaskan bahwa ketika orang akan mulai berbicara paling tidak ada tiga hal yang mesti diperhatikan agar komunikasinya berlangsung efektif. Pertama,  apa yang akan dibicarakan. Kedua, dengan siapa dia akan bicara, dan ketiga, bagaimana cara membicarakannya. Dalam hal ini terkait dengan pemilihan ragam bahasanya, jenis kalimat, kosa kata, bahkan tinggi rendahnya suara saat berbicara. Keputusan mengenai mana yang akan dipakai  sangat tergantung pada sejauh mana hubungan sosial dengan lawan bicara.

B.     Rumusa Masalah
Dari sedikit gambaran diatas, akan menimbulkan beberapa pertanyan yang tentunya seharusnya ada dalam makalah ini, diantaranya:
1.      Apa itu bahasa dan aspek-aspek yang berhubungan dengan bahasa?.
2.      Apa itu komunikasi dan aspek-aspek yang berhubungan dengan komunikasi?.
3.      Bagaimana implikasi bahasa dan komunikasi terhadap pendidikan?.


C.    Tujuan Penulisan
Tujuan dasar dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui apa itu bahasa, aspek-aspeknya dan penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat.
2.      Mengetahui apa itu komunikasi, aspek-aspeknya dan penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat.
3.      Implikasi bahasa dan komunikasi dalam proses pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN

A.    BAHASA

1.      Pengertian
Bahasa (language) adalah bentuk komunikasi baik itu lisan, tertulis, maupun menggunakan isyarat yang didasarkan pada sebuah sistem simbol.[1] Bermula dari pikiran, lalu tertuang dalam omongan, muncullah sekian banyak efek, baik yang positif maupun yang negatif. Jadi, kebenaran sebuah bahasa bukan semata-mata terletak pada susunan gramatikanya saja, tetapi juga pada tata pikir, intensi dan implikasi yang muncul dari sebuah ucapan. Mengingat selalu terdapat jarak antara kehendak batin dan ucapan lahir, eksternalisasi gagasan tidak pernah cukup terwadahi hanya dalam satu kata, melainkan memerlukan bentuk kalimat. Sedemikian eratnya hubungan emosi, pikiran dan ucapan.[2]

2.      Struktur bahasa
Semua bahasa manusia memiliki generativitas tidak terbatas (infinite generativity), yaitu kemampuan untuk menghasilkan kalimat-kalimat bermakna dalam jumlah tidak terhingga. Fleksibilitas bahasa yang luar biasa ini, dihasilkan dari sejumlah aturan bahasa yang jumlahnya terbatas. Yang faktanya, semua bahasa manusia dicirikan oleh empat aturan:
·         Fonologi (phonology)
Yaitu, sistem suara dalam satu bahasa. Bahasa tersusun dari sejumlah suara dasar atau fonem. Aturan-aturan fonologi memastikan bahwa urutan suara tertentu terjadi, dan urutan yang lain tidak terjadi. ( Khul, et al, 2006; Stoel-Gammon & Sosa, 2007)
·         Morfologi (morphology)
Yaitu, aturan pembentukan kata  dalam bahasa. Morfem adalah, unit terkecil dalam bahasa yang membawa makna tertentu.
·         Sintaksis (syntax)
Yaitu, aturan sebuah bahasa dalam melakukan kombinasi kata untuk membentuk frasa dan kalimat yang dapat diterima ( Chang, Dell & Brock, 2006)
·         Semantik (semantics)
Yaitu, makna kata dan kalimat dalam bahasa tertentu. Setiap kata memiliki seperangkat ciri semantik yang unik ( Waxman &  Lidz, 2006)
Dengan pemahaman mendasar tentang bahasa dan penggunaan strukturnya, dapat dilihat bahwa ada hubungan antara bahasa dengan proses kognisi.

3.      Hubungan Antara Bahasa dan Kognisi
Sebagai sebuah sistem simbol yang amat kaya, bahasa mampu mengekspresikan sebagian besar pikiran, dan bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan sebagian pikiran kita kepada orang lain. Kita tidak selalu berpikir dalam kata-kata, tetapi prose berpikir kita akan miskin bila tidak menggunakan kata-kata.
·         Peran  Bahasa dalam Kognisi
Ingatan disimpan tidak hanya dalam bentuk suara dan gambar, tetapi juga dalam kata-kata. Bahasa membantu kita berpikir, membuat penyimpulan, mengambil keputusan yang sulit dan menyelesaikan masalah (Amsel & Byrnes, 2001). Bahasa dapat dilihat sebagai sebuah alat untuk menggambarkan gagasan (Gentner & Lowenstein, 2001). Seorang pakar linguistik, Benjamin Whorf (1956), berpendapat bahwa pengalaman budaya dengan suatu konsep tertentu menentukan katalog nama yang dapat menjadi kaya atau miskin. Namun pandangan ini dianggap kontroversial, dan banyak psikolog tidak percaya pada peranan budaya dalam membentuk pikiran seseorang.

·         Peran Kognisi dalam Bahasa
Kognisi adalah dasar penting untuk bahasa (Evans & Green, 2006; McNamara, de Vega & O’Reilly, 2007). Bila bahasa merupakan refleksi proses kognisi secara keseluruhan, seharusnya kita dapat melihat hubungan dekat antara kemampuan bahasa dengan kemampuan intelektual secara umum. Secara khusus, kita dapat memperkirakan bahwa masalah dalam suatu ranah (kognisi) akan disertai juga dengan masalah pada ranah lain (bahasa). Sebagai contoh, kita akan menduga bahwa keterbelakangan mental secara umum juga akan disertai dengan kemampuan berbahasa yang rendah.
Secara keseluruhan, walaupun pikiran mempengaruhi bahasa, dan bahasa mempengaruhi pikiran, saat ini terdapat lebih banyak bukti bahwa pikiran dan bahasa bukan merupakan bagian dari suatu sistem tunggal. Sebaliknya, mereka sepertinya berkembang sebagai komponen-komponen yang terpisah, modular dan dipersiapkan secara biologis dalam pikiran kita.

4.      Pengaruh Faktor Biologis dan Lingkungan pada Bahasa

i.                    Pengaruh biologis
Perkiraan yang dilakukan menghasilkan beragam hasil, namun para ilmuwan percaya bahwa kemampuan bahasa manusia diperoleh sekitar 100.000 tahun yang lalu. Dalam proses Evolusi ini, bahasa merupakan kemampuan terbaru dari manusia. Namun, sejumlah pakar percaya bahwa evolusi biologis yang terjadi jauh sebelum bahasa muncul telah menentukan manusia untuk menjadi mahluk linguistik (Chomsky, 1975). Otak, sistem syaraf dan tampilan vokal dari para pendahulu kita berubah sepanjang ratusan ribu tahun. Dengan memiliki kesiapan fisik untuk berbahasa, Homo Sapiens melakukan lebih dari sekadar bunyi-bunyian untuk mengembangkan pembicaraan abstrak. Kemampuan berbahasa yang canggih ini memberikan manusia keunggulan luar biasa dibandingkan dengan hewan lain dan meningkatkan kemungkinan mereka untuk bertahan hidup (Pinker, 1994).

·         Universalitas Bahasa
Ahli linguistik terkenal, Noam Chomsky (1975) dan banyak ahli bahasa lainnya berpendapat bahwa manusia secara biologis memiliki kesiapan untuk mempelajari bahasa dan pada waktu tertentu dengan cara tertentu. Bukti terkua tentang adanya dasar biologis dari bahasa adalah fakta bahwa anak-anak diseluruh dunia mencapai perkembangan pencapaian besar dalam bahasa pada usia dan urutan yang hampir sama, terlepas dari variasi dalam masukan bahasa yang mereka dapatkan dari lingkungan. Anak-anak tidak dapat mempelajari aturan-aturan dan struktur bahasa sepenuhnya hanya dengan menirukan apa yang mereka dengar. Namun, ada hal-hal alamiah yang menyiapkan anak-anak secara biologis, aturan tata bahasa universal yang memungkinkan mereka memahami tauran-aturan dasar tentang bahasa dan menerapkan aturan-aturan ini pada pembicaraan yang mereka dengar. Mereka mempelajari bahasa tanpa kesadaran logika yang mendasarinya.[3]
·         Bahasa dan Otak
Penelitian dalam bidang Neurosains menunjukan bahwa otak memiliki bagian-bagian tertentu yang siap digunakan untuk bahasa (Schmalhofer & Perfetti, 2007). Bukti-bukti yang terkumpul berikutnya menunjukan bahwa pemprosesan bahasa seperti pembicaraan dan tata bahasa, terjadi terutama pada belahan kiri otak (Ferstl, 2007). Penelitian ilmu syaraf juga menunjukan bahwa otak belehan kiri memahami sintaksis dan tata bahasa, namun otak kanan tidak (Nakano & Blumstein, 2004). Menggunakan teknik-teknik pencitraan otak seperti pemindaian PET, para peneliti menemukan bahwa ketika anak berusia 9 bulan, bagian otak yangmenyimpan dan mengurutkan banyak ingatan menjadi berfungsi dengan sempurna (Bauer, 2007). Ini juga merupakan waktu dimana anak tampak mampu menyematkan makna pada kata-kata sebuah perkembangan yang menghubungkan antara bahasa, kognisi dan perkembangan otak.

ii.                  Pengaruh Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan bahasa terhadap anak. Karena didalam lingkungan tersebut anak memperoleh tambahan-tambahan kosakata dan tata bahasa tanpa terprogram. Di lingkungan tersebut, seolah-olah mendapatkan bahasa tanpa disadari dan akan mengerti apabila mulai mendapatkan kesulitan-kesulitan dalam penerapannya. Penelitian menunjukan bahwa pengaruh lingkungan pada pembelajaran bahasa mempersulit pemahaman kita mengenai dasar-dasar pembelajaran bahasa. Dalam pembelajaran yang sesungguhnya, anak-anak tampak tidak benar-benar siap secara biologis untuk belajar bahasa atau benar-benar ahli bahasa yang dibentuk oleh lingkungan (Ratner, 1993). Kita harus melihat seberapa jauh faktor biologis dan lingkungan berinteraksi ketika anak-anak sedang belajar bahasa. Artinya, anak-anak mungkin memiliki kesiapan biologis untuk belejar bahasa namun memperoleh keuntungan dengan dirangsang terus dalam lingkungan bahasa yang baik sejak dini (Gathercole & Hoff, 2007; Snow, 2007; Tomasello, 2006).

5.      Tahap Awal Perkembangan Bahasa
Salah satu hal yang paling menarik tentang perkembangan bahasa adalah interaksi linguistik anak dengan orangtua dan kepatuhan anak pada peraturan tertentu (Berko Gleason, 2005). Kebanyakan individu mengembangkan pemahaman yang baik tentang struktur bahasanya serta kosakata pada masa kanak-kanak.
 
B.     KOMUNIKASI

1.      Pengertian
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris adalah communication, yang berasal dari kata latin communicatio dan bersumber  dari kata communis, yang berarti sama-sama.
Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan dalam karyanya, Communication Research in the United states menyatakan bahwa, komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan.
Harnack dan Fest (1964) menganggap komunikasi sebagai proses interaksi diantara orang untuk tujuan integrasi intrapersonal dan interpersonal. Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Secara umum, komunikasi adalah proses penyampaian suatu  pernyataan  yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekwensi dari hubungan sosial. Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu, yang bersifat informatif dan persuasif. Komunikasi persuasif (persuasive communication) lebih sulit dari pada komunikasi informatif (informative communication) karna tidak mudah untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang atau sejumlah orang .[4] Hal penting dalam komunikasi adalah caranya agar pesan yang di sampaikan komunikator dapat menimbulkan dampak atau efek  tertentu pada komunikan. Dampak itu bisa berupa kognitif (menjadi tau dan mengerti),  efektif (tergerak hati nya dan menimbulkan perasaaan tertentu misalnya perasaan iba,terharu,sedih,gembira,marah dan sebagainya) dan bihafioral (berupa perilaku dan tindakan).[5]
Kata empati (empathy) berasal dari kata einfuhlung yang semula di gunakan oleh seorang pesikolog  Jerman kata ini secara harfiyah berarti merasa terlibat (feeling into).[6] Empati (empathy) menurut Onong Uchjana Effendy adalah kemampuan memproyeksikan  kepada orang lain. Dengan lain perkataan , empati adalah kemampuan menghayati perasaan orang lain atau merasakan sesuatu yang di rasakan orang lain.[7]
Empati sendiri, didefinisikan sebagai kemampuan atau kecakapan untuk mengidentifikasi atau memahami dengan cara seolah-olah mengalami sendiri perasaan, pikiran atau sikap orang lain. Empati dihubungkan dengan ungkapan-ungkapan seperti “berjalan dengan memakai sepatu orang lain” atau “memandang dunia melalui mata orang lain”.[8] Empati secara signifikan mempengaruhi kualitas kehidupan pribadi dan profesionalisme manusia, terutama dengan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan hubungan sosial.

2.      Pemetaan Bidang Kajian Komunikasi
Dari Komunikasi Intrapersonal ke Komunikasi Interpersonal hingga ke Komunikasi Kelompok.
Percakapan Internal hanya mungkin berlangsung pada seseorang yang melakukan percakapan dengan orang lain. Mampu berpikir tentang diri sendiri berarti menjadi anggota komunitas yang didalamnya kita bisa dibicarakan oleh orang lain. Pemahaman atas diri sendiri, gagasan tentang eksistensi diri sendiri dimungkinkan karena kita memiliki bahasa yang didalamnya kita bisa merujuk pada diri sendiri. Kita mengetahui orang lain karena kita mengenal diri sendiri, dan kita mengenal diri sendiri justru kare melihat diri sendiri dicerminkan oleh orang lain. Oleh karena itu, komunikasi pertama kita adalah dengan orang lain dan setelah itu kita mampu memiliki dialog internal.
Komunikasi orang ke orang (one to one communication) dengan orang lain mungkin merupakan model bagi semua manusia. Pertukaran simbol antara satu orang dengan orang lain dimulai bagi sebagian besar dari interaksi dengan orang tua kita, dalam sebagian besar kasus, terutama pada ibu kita. Dari hal ini, kita belajar berkomunikasi dan bertukar simbol, gagasan dan konsep dengan orang lain dalam tatanan masyarakat.
Komunikasi Nonverbal
Mencakup rentang luas aktivitas dan perilaku, yang tidak semua disadari atau disengaja. Daftar standarnya mencakup gerak tubuh, kontak mata, kedekatan terhadap orang lain (proximity), apakah kita menyentuh mereka (dan dimana), cara kita berbusana, melakukan gerak-gerik, nada suara ketika berbicara (parabahasa), dan lainnya.
Komunikasi Verbal
Situasi paling mendasar tempat berlangsungnya komunikasi verbal adalah komunikasi tatap muka (face to face communication). Dalam kajian komunikasi diistilahkan dengan komunikasi diadik (dyadic communication), yang melibatkan orang-orang yang menggunakan lebih dari satu saluran untuk saling berkomunikasi.
Komunikasi Visual dan Grafis
Pada umumnya orang-orang menggunakan rentang luas tanda dan simbol dalam interaksinya dengan dunia dan dengan satu sama lain. Karena banyak dari tanda dan simbol ini dipahami melintasi sejumlah komunitas bahasa, maka sangat menggoda memikirkan tanda dan simbol sebagai “alamiah” (natural), berpikir bahwa tanda dan simbol dipahami oleh semua orang tanpa harus dipelajari karena mirip dengan berbagai hal yang direpresentasikannya, yang disebut dengan “Ikon”.

3.      Kendala Dalam Komunikasi
Lingkungan Keluarga
Menyembunyikan Kekecewaan atau Kemarahan
Membuat Asumsi tentang Motivasi Orang Lain
Terlalu Berempati

4.      Sikap Suportif dan Defensif dalam Komunikasi
a.       Evaluasi
“Melakukan penilaian terhadap orang lain, baik memuji atau mengkritik”.
b.      Kontrol
“Mengevaluasi dan berusaha untuk mengendalikan perilaku, mengubah sikap, pendapat dan tindakan seseorang, dengan harapan menjadikan lebih baik”.
c.       Strategi
“Penggunaan siasat, akal, manipulasi atupun tipu muslihat untuk memengaruhi orang lain”.
d.      Netralitas
“Sikap impersonal, memperlakukan orang lain tidak sebagai personal, melainkan sebagai objek”.
e.       Superioritas
“Menunjukan bahwa diri kita lebih dari orang lain, guna membangun rasa percaya diri”.
f.       Kepastian
Ciri-ciri orang dogmatis
Menilai pesan berdasarkan motif pribadi, Berpikir simplistis, Berorientasi pada sumber, Mencari informasi dari sumber sendiri, Secara kaku mempertahankan dan membela sistem kepercayaannya
Ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif
Peka terhadap kritik, Responsif terhadap pujian, Hiperkritis terhadap orang lain, Cenderung merasa tidak disenangi orang lain, Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannyauntuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.
Sementara orang yang memiliki konsep diri positif memiliki tanda-tanda:
Yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, Merasa setara dengan orang lain, Menerima pujian tanpa rasa malu, Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, Mampu memperbaiki dirinya karena dia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
Prinsip-Prinsip Komunikasi Empatik
Keseluruhan, bukan sebagian. Moral. Berusaha mengerti, baru dimengerti. Diagnosa, sebelum direspon. Keyakinan. Kontak mata. Senyuman dan saling menyukai
                                                                                                                        
C.    IMPLIKASI BAHASA DAN KOMUNIKASI DALAM PENDIDIKAN

Sebuah isu kritis dalam pendidikan adalah cara optimal untuk mengajarkan pada anak-anak untuk membaca. Perkembangan awal keterampilan berbahasa melalui interaksi informal dengan orang tua dan orang lain dalam lingkungan keluarga merupakan bagian penting dari pemerolehan bahasa. Juga dengan pendidikan formal disekolah. Disana anak akan belajar menggunakan aturan struktur bahasa yang lebih tinggi, meningkatkan kosakata dan menerapkan keterampilan berbahasa untuk mempelajari mengenai serangkaian konsep baru, diantaranya yaitu:
Pendekatan bahasa menyeluruh (whole language appoach) yang menekankan instruksi untuk membaca harus disesuaikan dengan proses alamiah anak belajar membaca. Dalam kelas-kelas yang menggunakan kelas ini, pembaca awal diajarkan untuk mengenali keseluruhan kata atau keseluruhan kalimat dan untuk menggunakan konteks dari apa yang dibaca untuk menebak makna kata-kata tersebut.
Pendekatan fonik (phonics approach) menekankan bahwa instruksi untuk membaca harus mengajarkan aturan-aturan dasar untuk menerjemahkan simbol-simbol tertulis menjadi suara. Proses membaca yang terpusat pada fonem-fonem melibatkan materi-materi yang disederhanakan. Anak-anak diberikan materi membaca yang kompleks seperti buku dan puisi hanya jika mereka sudah mempelajari aturan-aturan yang menghubungkan fonem yang dibunyikan dengan huruf-huruf alfabet yang digunakan untuk menampilkannya.
 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Bahasa dan komunikasi adalah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, komunikasi adalah penerapan dari pembelajaran terhadap bahasa. Sedangkan dalam proses komunikasi juga kita dapat mempelajari bahasa yang sebelumnya tidak terdeteksi kedalam memori kita.


B.     Kritik dan Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan, baik itu penulisan, struktural, ataupun bahasa. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan sekaligus saran dari pembaca untuk menjadikan lebih baik kelak. Sekaligus penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya atas partisipasi orang atau pihak yang ikut terlibat dalam proses pembuatan makalah ini

DAFTAR PUSTAKA

King, Laura A. 2010. Psikologi Umum, Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.
Barton, Will. dan Andrew Beck. 2010. Bersiap Mempelajari Kajian Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.
Rahman, Abdul. Shaleh Muhbib. dan Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Effendy, Onong Uchjana. 2002.  Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Jurnal Membangun Relasi Sosial Melalui Komunikasi Empatik ( Perspektif Psikologi Komunikasi).
 

[1] Laura A. King. Psikologi Umum, Sebuah Pandangan Apresiatif. (Jakarta: Salemba Humanika, 2010) hal 39
[2] Alex sobur. Psikologi Umum. (Bandung: Pustaka setia, 2003) hal 213
[3] Laura A. King. Psikologi Umum, Sebuah Pandangan Apresiatif. (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hal 42-43.
[4] Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 5.
[5] Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 7.
[6] Lihat Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, human comunication, edisi ke 7 (newyork : mc grow hill 1994) halaman 173
[7] Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 13.
[8]  Robert broks, phd dan samgoldtain phd the power off recilience

Tidak ada komentar:

Posting Komentar