BAHASA DAN KOMUNIKASI
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Individu
Mata Kuliah: Pengantar Ilmu Psikologi
Dosen Pengampu: Dra. Hj. Wiji Hidayati, M.Ag
Disusun oleh:
Abdul Muis
(11470019)
(11470019)
PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA, YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Bahasa mempunyai kaitan yang erat dalam proses komunikasi. Tidak ada satu
peristiwa komunikasipun yang tidak melibatkan bahasa. Komunikasi pada
hahekatnya adalah proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima.
Hubungan komunikasi antara pengirim dan penerima, dibangun berdasarkan
penyusunan kode atau simbol bahasa oleh pengirim (chiffrement) dan
pembongkaran kode atau simbol bahasa oleh penerima (dechiffrement)
(Rusdiarti, 2003: 35).
Mengingat kenyataan bahwa dalam berkomunikasi kita dihadapkan oleh varian
penerima yang sangat beragam, maka keberhasilan komunikasi akan sangat
ditentukan oleh bagaimana cara kita menyampaikan pesan. Tidak jarang dalam kenyataan
sehari-hari kita dapati bahwa komunikasi yang kita lakukan tidak berhasil
akibat ketidaktepatan cara berkomunikasi yang kita lakukan. Wardhaugh dalam
bukunya An Introduction to Sociolinguistics (1986) menjelaskan bahwa
ketika orang akan mulai berbicara paling tidak ada tiga hal yang mesti
diperhatikan agar komunikasinya berlangsung efektif. Pertama, apa
yang akan dibicarakan. Kedua, dengan siapa dia akan bicara, dan ketiga,
bagaimana cara membicarakannya. Dalam hal ini terkait dengan pemilihan ragam
bahasanya, jenis kalimat, kosa kata, bahkan tinggi rendahnya suara saat
berbicara. Keputusan mengenai mana yang akan dipakai sangat tergantung
pada sejauh mana hubungan sosial dengan lawan bicara.
B. Rumusa Masalah
Dari sedikit gambaran
diatas, akan menimbulkan beberapa pertanyan yang tentunya seharusnya ada dalam
makalah ini, diantaranya:
1. Apa itu bahasa dan
aspek-aspek yang berhubungan dengan bahasa?.
2. Apa itu komunikasi dan
aspek-aspek yang berhubungan dengan komunikasi?.
3. Bagaimana implikasi
bahasa dan komunikasi terhadap pendidikan?.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dasar dari
penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui apa itu
bahasa, aspek-aspeknya dan penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Mengetahui apa itu
komunikasi, aspek-aspeknya dan penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Implikasi bahasa dan
komunikasi dalam proses pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
BAHASA
1.
Pengertian
Bahasa (language) adalah bentuk komunikasi baik itu lisan,
tertulis, maupun menggunakan isyarat yang didasarkan pada sebuah sistem simbol.[1] Bermula
dari pikiran, lalu tertuang dalam omongan, muncullah sekian banyak efek, baik
yang positif maupun yang negatif. Jadi, kebenaran sebuah bahasa bukan
semata-mata terletak pada susunan gramatikanya saja, tetapi juga pada tata
pikir, intensi dan implikasi yang muncul dari sebuah ucapan. Mengingat selalu
terdapat jarak antara kehendak batin dan ucapan lahir, eksternalisasi gagasan
tidak pernah cukup terwadahi hanya dalam satu kata, melainkan memerlukan bentuk
kalimat. Sedemikian eratnya hubungan emosi, pikiran dan ucapan.[2]
2.
Struktur bahasa
Semua bahasa manusia memiliki generativitas tidak terbatas (infinite
generativity), yaitu kemampuan untuk menghasilkan kalimat-kalimat
bermakna dalam jumlah tidak terhingga. Fleksibilitas bahasa yang luar biasa
ini, dihasilkan dari sejumlah aturan bahasa yang jumlahnya terbatas. Yang
faktanya, semua bahasa manusia dicirikan oleh empat aturan:
·
Fonologi (phonology)
Yaitu, sistem suara dalam satu bahasa. Bahasa tersusun dari sejumlah
suara dasar atau fonem. Aturan-aturan fonologi memastikan bahwa urutan suara
tertentu terjadi, dan urutan yang lain tidak terjadi. ( Khul, et al, 2006;
Stoel-Gammon & Sosa, 2007)
·
Morfologi (morphology)
Yaitu, aturan pembentukan kata
dalam bahasa. Morfem adalah, unit terkecil dalam bahasa yang membawa
makna tertentu.
·
Sintaksis (syntax)
Yaitu, aturan sebuah bahasa dalam melakukan kombinasi kata untuk
membentuk frasa dan kalimat yang dapat diterima ( Chang, Dell & Brock,
2006)
·
Semantik (semantics)
Yaitu, makna kata dan kalimat dalam bahasa tertentu. Setiap kata
memiliki seperangkat ciri semantik yang unik ( Waxman & Lidz, 2006)
Dengan pemahaman mendasar tentang bahasa dan penggunaan
strukturnya, dapat dilihat bahwa ada hubungan antara bahasa dengan proses
kognisi.
3.
Hubungan Antara Bahasa dan Kognisi
Sebagai sebuah sistem simbol yang amat kaya, bahasa mampu
mengekspresikan sebagian besar pikiran, dan bahasa merupakan sarana untuk
menyampaikan sebagian pikiran kita kepada orang lain. Kita tidak selalu berpikir
dalam kata-kata, tetapi prose berpikir kita akan miskin bila tidak menggunakan
kata-kata.
·
Peran Bahasa dalam Kognisi
Ingatan disimpan tidak hanya dalam bentuk suara dan gambar, tetapi
juga dalam kata-kata. Bahasa membantu kita berpikir, membuat penyimpulan,
mengambil keputusan yang sulit dan menyelesaikan masalah (Amsel & Byrnes,
2001). Bahasa dapat dilihat sebagai sebuah alat untuk menggambarkan gagasan
(Gentner & Lowenstein, 2001). Seorang pakar linguistik, Benjamin Whorf
(1956), berpendapat bahwa pengalaman budaya dengan suatu konsep tertentu
menentukan katalog nama yang dapat menjadi kaya atau miskin. Namun pandangan
ini dianggap kontroversial, dan banyak psikolog tidak percaya pada peranan
budaya dalam membentuk pikiran seseorang.
·
Peran Kognisi dalam Bahasa
Kognisi adalah dasar penting untuk bahasa (Evans & Green, 2006;
McNamara, de Vega & O’Reilly, 2007). Bila bahasa merupakan refleksi proses
kognisi secara keseluruhan, seharusnya kita dapat melihat hubungan dekat antara
kemampuan bahasa dengan kemampuan intelektual secara umum. Secara khusus, kita
dapat memperkirakan bahwa masalah dalam suatu ranah (kognisi) akan
disertai juga dengan masalah pada ranah lain (bahasa). Sebagai contoh,
kita akan menduga bahwa keterbelakangan mental secara umum juga akan disertai
dengan kemampuan berbahasa yang rendah.
Secara keseluruhan, walaupun pikiran mempengaruhi bahasa, dan
bahasa mempengaruhi pikiran, saat ini terdapat lebih banyak bukti bahwa pikiran
dan bahasa bukan merupakan bagian dari suatu sistem tunggal. Sebaliknya, mereka
sepertinya berkembang sebagai komponen-komponen yang terpisah, modular dan
dipersiapkan secara biologis dalam pikiran kita.
4.
Pengaruh Faktor Biologis dan Lingkungan pada Bahasa
i.
Pengaruh biologis
Perkiraan yang dilakukan menghasilkan beragam hasil, namun para
ilmuwan percaya bahwa kemampuan bahasa manusia diperoleh sekitar 100.000 tahun
yang lalu. Dalam proses Evolusi ini, bahasa merupakan kemampuan terbaru dari
manusia. Namun, sejumlah pakar percaya bahwa evolusi biologis yang terjadi jauh
sebelum bahasa muncul telah menentukan manusia untuk menjadi mahluk linguistik
(Chomsky, 1975). Otak, sistem syaraf dan tampilan vokal dari para pendahulu
kita berubah sepanjang ratusan ribu tahun. Dengan memiliki kesiapan fisik untuk
berbahasa, Homo Sapiens melakukan lebih dari sekadar bunyi-bunyian untuk
mengembangkan pembicaraan abstrak. Kemampuan berbahasa yang canggih ini
memberikan manusia keunggulan luar biasa dibandingkan dengan hewan lain dan
meningkatkan kemungkinan mereka untuk bertahan hidup (Pinker, 1994).
·
Universalitas Bahasa
Ahli linguistik terkenal, Noam Chomsky (1975) dan banyak ahli
bahasa lainnya berpendapat bahwa manusia secara biologis memiliki kesiapan untuk
mempelajari bahasa dan pada waktu tertentu dengan cara tertentu. Bukti terkua
tentang adanya dasar biologis dari bahasa adalah fakta bahwa anak-anak
diseluruh dunia mencapai perkembangan pencapaian besar dalam bahasa pada usia
dan urutan yang hampir sama, terlepas dari variasi dalam masukan bahasa yang
mereka dapatkan dari lingkungan. Anak-anak tidak dapat mempelajari
aturan-aturan dan struktur bahasa sepenuhnya hanya dengan menirukan apa yang
mereka dengar. Namun, ada hal-hal alamiah yang menyiapkan anak-anak secara
biologis, aturan tata bahasa universal yang memungkinkan mereka memahami
tauran-aturan dasar tentang bahasa dan menerapkan aturan-aturan ini pada
pembicaraan yang mereka dengar. Mereka mempelajari bahasa tanpa kesadaran
logika yang mendasarinya.[3]
·
Bahasa dan Otak
Penelitian dalam bidang Neurosains menunjukan bahwa otak memiliki bagian-bagian
tertentu yang siap digunakan untuk bahasa (Schmalhofer & Perfetti, 2007).
Bukti-bukti yang terkumpul berikutnya menunjukan bahwa pemprosesan bahasa
seperti pembicaraan dan tata bahasa, terjadi terutama pada belahan kiri otak (Ferstl,
2007). Penelitian ilmu syaraf juga menunjukan bahwa otak belehan kiri memahami
sintaksis dan tata bahasa, namun otak kanan tidak (Nakano & Blumstein,
2004). Menggunakan teknik-teknik pencitraan otak seperti pemindaian PET, para
peneliti menemukan bahwa ketika anak berusia 9 bulan, bagian otak yangmenyimpan dan mengurutkan banyak ingatan menjadi berfungsi dengan sempurna
(Bauer, 2007). Ini juga merupakan waktu dimana anak tampak mampu menyematkan
makna pada kata-kata sebuah perkembangan yang menghubungkan antara bahasa,
kognisi dan perkembangan otak.
ii.
Pengaruh Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan
bahasa terhadap anak. Karena didalam lingkungan tersebut anak memperoleh
tambahan-tambahan kosakata dan tata bahasa tanpa terprogram. Di lingkungan
tersebut, seolah-olah mendapatkan bahasa tanpa disadari dan akan mengerti
apabila mulai mendapatkan kesulitan-kesulitan dalam penerapannya. Penelitian
menunjukan bahwa pengaruh lingkungan pada pembelajaran bahasa mempersulit pemahaman
kita mengenai dasar-dasar pembelajaran bahasa. Dalam pembelajaran yang
sesungguhnya, anak-anak tampak tidak benar-benar siap secara biologis untuk
belajar bahasa atau benar-benar ahli bahasa yang dibentuk oleh lingkungan
(Ratner, 1993). Kita harus melihat seberapa jauh faktor biologis dan lingkungan
berinteraksi ketika anak-anak sedang belajar bahasa. Artinya, anak-anak mungkin
memiliki kesiapan biologis untuk belejar bahasa namun memperoleh keuntungan
dengan dirangsang terus dalam lingkungan bahasa yang baik sejak dini
(Gathercole & Hoff, 2007; Snow, 2007; Tomasello, 2006).
5.
Tahap Awal Perkembangan Bahasa
Salah satu hal yang paling menarik tentang perkembangan bahasa
adalah interaksi linguistik anak dengan orangtua dan kepatuhan anak pada
peraturan tertentu (Berko Gleason, 2005). Kebanyakan individu mengembangkan
pemahaman yang baik tentang struktur bahasanya serta kosakata pada masa
kanak-kanak.
B.
KOMUNIKASI
1.
Pengertian
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris adalah communication,
yang berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis, yang berarti
sama-sama.
Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan dalam karyanya, Communication
Research in the United states menyatakan bahwa, komunikasi akan berhasil apabila
pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame
of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of
experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan.
Harnack dan Fest (1964) menganggap komunikasi sebagai proses
interaksi diantara orang untuk tujuan integrasi intrapersonal dan
interpersonal. Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia
berinteraksi dengan manusia yang lain. Secara umum, komunikasi adalah proses
penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang
lain sebagai konsekwensi dari hubungan sosial. Dalam pengertian paradigmatis,
komunikasi mengandung tujuan tertentu, yang bersifat informatif dan persuasif.
Komunikasi persuasif (persuasive communication) lebih sulit dari pada
komunikasi informatif (informative communication) karna tidak mudah
untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang atau sejumlah orang .[4] Hal
penting dalam komunikasi adalah caranya agar pesan yang di sampaikan
komunikator dapat menimbulkan dampak atau efek
tertentu pada komunikan. Dampak itu bisa berupa kognitif (menjadi tau
dan mengerti), efektif (tergerak
hati nya dan menimbulkan perasaaan tertentu misalnya perasaan iba,terharu,sedih,gembira,marah
dan sebagainya) dan bihafioral (berupa perilaku dan tindakan).[5]
Kata empati (empathy) berasal dari kata einfuhlung yang
semula di gunakan oleh seorang pesikolog
Jerman kata ini secara harfiyah berarti merasa terlibat (feeling into).[6] Empati (empathy)
menurut Onong Uchjana Effendy adalah kemampuan memproyeksikan kepada orang lain. Dengan lain perkataan ,
empati adalah kemampuan menghayati perasaan orang lain atau merasakan sesuatu
yang di rasakan orang lain.[7]
Empati sendiri, didefinisikan sebagai kemampuan atau kecakapan
untuk mengidentifikasi atau memahami dengan cara seolah-olah mengalami sendiri
perasaan, pikiran atau sikap orang lain. Empati dihubungkan dengan
ungkapan-ungkapan seperti “berjalan dengan memakai sepatu orang lain”
atau “memandang dunia melalui mata orang lain”.[8] Empati
secara signifikan mempengaruhi kualitas kehidupan pribadi dan profesionalisme
manusia, terutama dengan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan hubungan
sosial.
2.
Pemetaan Bidang Kajian Komunikasi
Dari Komunikasi Intrapersonal ke Komunikasi Interpersonal hingga ke
Komunikasi Kelompok.
Percakapan Internal hanya mungkin berlangsung pada seseorang yang
melakukan percakapan dengan orang lain. Mampu berpikir tentang diri sendiri
berarti menjadi anggota komunitas yang didalamnya kita bisa dibicarakan oleh
orang lain. Pemahaman atas diri sendiri, gagasan tentang eksistensi diri
sendiri dimungkinkan karena kita memiliki bahasa yang didalamnya kita bisa
merujuk pada diri sendiri. Kita mengetahui orang lain karena kita mengenal diri
sendiri, dan kita mengenal diri sendiri justru kare melihat diri sendiri
dicerminkan oleh orang lain. Oleh karena itu, komunikasi pertama kita adalah
dengan orang lain dan setelah itu kita mampu memiliki dialog internal.
Komunikasi orang ke orang (one to one communication)
dengan orang lain mungkin merupakan model bagi semua manusia. Pertukaran simbol
antara satu orang dengan orang lain dimulai bagi sebagian besar dari interaksi
dengan orang tua kita, dalam sebagian besar kasus, terutama pada ibu kita. Dari
hal ini, kita belajar berkomunikasi dan bertukar simbol, gagasan dan konsep
dengan orang lain dalam tatanan masyarakat.
Komunikasi Nonverbal
Mencakup rentang luas aktivitas dan perilaku, yang tidak semua
disadari atau disengaja. Daftar standarnya mencakup gerak tubuh, kontak mata,
kedekatan terhadap orang lain (proximity), apakah kita menyentuh mereka
(dan dimana), cara kita berbusana, melakukan gerak-gerik, nada suara ketika
berbicara (parabahasa), dan lainnya.
Komunikasi Verbal
Situasi paling mendasar tempat berlangsungnya komunikasi verbal
adalah komunikasi tatap muka (face to face communication).
Dalam kajian komunikasi diistilahkan dengan komunikasi diadik (dyadic communication),
yang melibatkan orang-orang yang menggunakan lebih dari satu saluran untuk saling
berkomunikasi.
Komunikasi Visual dan Grafis
Pada umumnya orang-orang menggunakan rentang luas tanda dan simbol
dalam interaksinya dengan dunia dan dengan satu sama lain. Karena banyak dari
tanda dan simbol ini dipahami melintasi sejumlah komunitas bahasa, maka sangat
menggoda memikirkan tanda dan simbol sebagai “alamiah” (natural),
berpikir bahwa tanda dan simbol dipahami oleh semua orang tanpa harus
dipelajari karena mirip dengan berbagai hal yang direpresentasikannya, yang
disebut dengan “Ikon”.
3.
Kendala Dalam Komunikasi
Lingkungan Keluarga
Menyembunyikan Kekecewaan atau Kemarahan
Membuat Asumsi tentang Motivasi Orang Lain
Terlalu Berempati
4.
Sikap Suportif dan Defensif dalam Komunikasi
a.
Evaluasi
“Melakukan penilaian terhadap orang lain, baik memuji atau
mengkritik”.
b.
Kontrol
“Mengevaluasi dan berusaha untuk mengendalikan perilaku, mengubah
sikap, pendapat dan tindakan seseorang, dengan harapan menjadikan lebih baik”.
c.
Strategi
“Penggunaan siasat, akal, manipulasi atupun tipu muslihat untuk
memengaruhi orang lain”.
d.
Netralitas
“Sikap impersonal, memperlakukan orang lain tidak sebagai personal,
melainkan sebagai objek”.
e.
Superioritas
“Menunjukan bahwa diri kita lebih dari orang lain, guna membangun
rasa percaya diri”.
f.
Kepastian
Ciri-ciri orang dogmatis
Menilai pesan berdasarkan motif pribadi, Berpikir simplistis, Berorientasi
pada sumber, Mencari informasi dari sumber sendiri, Secara kaku mempertahankan
dan membela sistem kepercayaannya
Ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif
Peka terhadap kritik, Responsif terhadap pujian, Hiperkritis
terhadap orang lain, Cenderung merasa tidak disenangi orang lain, Bersikap
pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannyauntuk bersaing
dengan orang lain dalam membuat prestasi.
Sementara orang yang memiliki konsep diri positif memiliki
tanda-tanda:
Yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, Merasa setara dengan
orang lain, Menerima pujian tanpa rasa malu, Menyadari bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya
disetujui masyarakat, Mampu memperbaiki dirinya karena dia sanggup
mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha
mengubahnya.
Prinsip-Prinsip Komunikasi Empatik
Keseluruhan, bukan sebagian. Moral. Berusaha mengerti, baru dimengerti.
Diagnosa, sebelum direspon. Keyakinan. Kontak mata. Senyuman dan saling
menyukai
C.
IMPLIKASI BAHASA DAN KOMUNIKASI DALAM PENDIDIKAN
Sebuah isu kritis dalam pendidikan adalah cara optimal untuk
mengajarkan pada anak-anak untuk membaca. Perkembangan awal keterampilan
berbahasa melalui interaksi informal dengan orang tua dan orang lain dalam
lingkungan keluarga merupakan bagian penting dari pemerolehan bahasa. Juga
dengan pendidikan formal disekolah. Disana anak akan belajar menggunakan aturan
struktur bahasa yang lebih tinggi, meningkatkan kosakata dan menerapkan
keterampilan berbahasa untuk mempelajari mengenai serangkaian konsep baru,
diantaranya yaitu:
Pendekatan bahasa menyeluruh (whole language appoach)
yang menekankan instruksi untuk membaca harus disesuaikan dengan proses alamiah
anak belajar membaca. Dalam kelas-kelas yang menggunakan kelas ini, pembaca
awal diajarkan untuk mengenali keseluruhan kata atau keseluruhan kalimat dan
untuk menggunakan konteks dari apa yang dibaca untuk menebak makna kata-kata
tersebut.
Pendekatan fonik (phonics approach) menekankan bahwa
instruksi untuk membaca harus mengajarkan aturan-aturan dasar untuk
menerjemahkan simbol-simbol tertulis menjadi suara. Proses membaca yang
terpusat pada fonem-fonem melibatkan materi-materi yang disederhanakan.
Anak-anak diberikan materi membaca yang kompleks seperti buku dan puisi hanya
jika mereka sudah mempelajari aturan-aturan yang menghubungkan fonem yang
dibunyikan dengan huruf-huruf alfabet yang digunakan untuk menampilkannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bahasa dan komunikasi adalah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,
komunikasi adalah penerapan dari pembelajaran terhadap bahasa. Sedangkan dalam
proses komunikasi juga kita dapat mempelajari bahasa yang sebelumnya tidak
terdeteksi kedalam memori kita.
B.
Kritik dan Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kesalahan, baik itu penulisan, struktural, ataupun bahasa. Untuk itu,
penulis sangat mengharapkan kritikan dan sekaligus saran dari pembaca untuk
menjadikan lebih baik kelak. Sekaligus penulis menyampaikan terima kasih yang
setulus-tulusnya atas partisipasi orang atau pihak yang ikut terlibat dalam
proses pembuatan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
King, Laura A. 2010. Psikologi Umum, Sebuah Pandangan Apresiatif.
Jakarta: Salemba Humanika.
Barton, Will. dan Andrew Beck. 2010. Bersiap Mempelajari Kajian
Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.
Rahman, Abdul. Shaleh Muhbib. dan Abdul Wahab. 2004. Psikologi
Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Effendy, Onong Uchjana. 2002. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Jurnal Membangun Relasi Sosial Melalui Komunikasi Empatik (
Perspektif Psikologi Komunikasi).
[1] Laura A. King. Psikologi Umum, Sebuah Pandangan Apresiatif. (Jakarta:
Salemba Humanika, 2010) hal 39
[2] Alex sobur. Psikologi Umum. (Bandung: Pustaka setia, 2003) hal 213
[3] Laura A. King. Psikologi Umum, Sebuah Pandangan Apresiatif. (Jakarta:
Salemba Humanika, 2010), hal 42-43.
[4] Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002), hal. 5.
[5] Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002), hal. 7.
[6] Lihat Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, human comunication, edisi ke 7
(newyork : mc grow hill 1994) halaman 173
[7] Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002), hal. 13.
[8] Robert broks, phd dan
samgoldtain phd the power off recilience
Tidak ada komentar:
Posting Komentar